March 28, 2024
5 Tempat Wisata di Kaki Gunung Semeru Alamnya Mempesona liputan6.com

5 Tempat Wisata di Kaki Gunung Semeru Alamnya Mempesona

5 Tempat Wisata di Kaki Gunung Semeru Alamnya Mempesona

5 Tempat Wisata di Kaki Gunung Semeru Alamnya Mempesona
liputan6.com

Tempat Wisata Gunung Semeru – Bagi para pendaki, gunung yang wajib dikunjungi di Jawa Timur adalah Gunung Semeru. Keseruan dan keindahan yang diberikan oleh gunung ini tidak diragukan lagi. Sungguh menyenangkan menikmati keindahan alam sekitar Gunung Semeru.

Namun bagi yang bukan pendaki pasti akan ragu untuk pergi ke kawasan tersebut karena mengira hanya pendaki yang bisa mengunjungi kawasan tersebut. Tidak juga. Bagi yang ingin menikmati keindahan alam di sekitar Gunung Semeru tidak perlu mendaki terlebih dahulu.

Pasalnya terdapat beberapa tempat wisata di kaki Gunung Semeru yang bisa Anda kunjungi dan nikmati pemandangan alamnya. Pemandangan alam yang mempesona di kaki Gunung Semeru pasti akan membuat Anda tercengang.

Berikut lima tempat wisata yang ada di kaki Gunung Semeru

1. Ranu Pani

Ranu Pani
tribunnews.com

mountgayrumroundbarbadosrace – Semeru bukan hanya gunung yang megah, tapi juga menghadap ke daratan di atas awan. Ada sebuah desa di Ketinggin diantara awan, yaitu Ranu Pani. Desa ini berada di ketinggian 2100 meter dan merupakan desa terakhir sebelum mencapai Semeru.

Bagi pendaki di Gunung Semeru, Ranu Pani merupakan pos terakhir pendakian Puncak Mahameru. Karena keindahan alam, keberadaan danau vulkanik, dan keramahan suku Tengger, desa ini menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang suka bertualang di alam terbuka.

Meski terletak di lereng Gunung Semeru, namun belum pernah mengalami “bencana alam” akibat aktivitas vulkanik Gunung Semeru. Saat aktivitas Semeru meningkat, saat desa terletak di utara, abu vulkanik selalu menyembur ke timur laut. Begitu pula jika terjadi longsoran lahar dingin selalu mengalir ke arah timur.

Ada tiga danau terkenal di desa ini, yaitu Danau Ranupani, Ranuragulo dan Ranukumbolo. Sudah lengkapnya, jika mau, Anda akan menemukan fasilitas berupa homestay, persewaan perlengkapan camping dan jasa pemandu.

Desa Ranu Pani secara administratif berada di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Kawasan Ranu Pani merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

Berangkat dari Bandara Abdulrachman Saleh (Bandara Abdulrachman Saleh), menuju Cemoro Kandang, Kedung Kandang, Kota Malang, dan patung pesawat di pinggir Jalan Abdulrachman Saleh. Selain itu, Anda bisa naik angkutan umum bernama TA (Tumpang Arjosari) ke Dermaga Arjosari-pasar Tumpang putih.

Perjalanan ini dimulai dari Jalan Abdulrachman Saleh hingga menuju Pasar Tumpang memakan waktu kurang lebih sekitar 20 sampai 30 menit. Tarif angkutan ini yang dibutuhkan adalah Rp 7.000 per orang.

Sesampainya di Tumpang Pasar Tumpang bisa memilih jeep atau ojek. Untuk jeep bisa menuju ke kios jeep di Pasar Tumpang yang menyediakan transportasi menuju Desa Ranu Pani.

Harga sewa jeep dari Pasar Tumpang menuju Desa Ranu Pani adalah Rp 650.000, dan setiap mobil mampu menampung 12 orang. Namun, jika Anda datang ke Pasar Tumpang dengan kurang dari 12 orang, dan Anda tidak ingin membebani setiap orang dengan lebih dari Rp 55.000, maka Anda harus sabar menunggu jeep terisi penuh.

Fasilitas di desa ini juga sangat lengkap. Pengunjung akan menemukan homestay, persewaan peralatan berkemah dan fasilitas lainnya. Jika ingin mendaki ke puncak bahkan ada fasilitas jasa guide.

Sebagian besar penduduk Ranupani adalah suku Tengri. Di tengah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, 1.300 orang hidup di atas lahan seluas 500 hektar. Sebagian besar warganya adalah petani.

Sebagai desa “pengungsi peninggalan Majapahit”, sebagian besar masyarakat di sini beragama Hindu. Tanaman utama penduduk adalah kentang, permainan brangbang, kubis, dan terkadang wortel. Karenanya, tak heran jika wisatawan menemukan persawahan di tengah perjalanan.

Di kecamatan Senduro Lumajang selain di desa ranu pani juga terdapat objek wisata yang terkenal yaitu puncak B29. Di puncak gunung yang berada di ketinggian 2.900 meter ini, wisatawan terpesona dengan pemandangan indah Gunung Tengge.

Salah satu tujuan wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata baru di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BTS) ini adalah untuk menyaksikan matahari terbit atau terbit. Sejak pukul 04.00 WIB, waktu terbaik menunggu di gunung.

Objek menarik lainnya di jalanan Senduri adalah Giri Semeru, Pura Mandara. Arsitektur dan tata letaknya mirip dengan pura di Bali. Sekaligus, dibalut dengan sebuah gaya arsitektur khas dari Maya Pasit. Ada balai atau ruang Pandapapa dengan patung dengan bentuk gajah atau bundel gajah.

Rindangnya pepohonan di sekitar Pura Mandhara Giri dan kebersihan yang terjaga sepanjang waktu menciptakan suasana sejuk dan membuat orang yang datang kesini berlama-lama di sini. Alasan lain mengapa banyak umat Hindu mengunjungi candi ini adalah karena ini adalah yang tertua di nusantara.

Sejauh ini yuk kita ulas informasi dan fasilitas tempat wisata, alamat, lokasi, rute wisata ranu pani, untuk informasi lebih lengkapnya mohon segera atur perjalanan ke tempat indah ini.

Baca Juga : 7 Objek Wisata Gunung Rinjani di Pulau Lombok

2. Ranu Kumbolo

Ranu Kumbolo
Mount bromo tour

Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa. Saat mendaki, Anda akan melihat banyak pemandangan indah, termasuk Danau Ranu Kumboluo.

Ranu Kumbolo adalah sebuah danau yang berada di lereng Gunung Semeru. Ini adalah perhentian pertama bagi pendaki yang ingin mendaki ke puncak Mahameru. Air dari Ranu Kumboluo masih dianggap sakral karena masih digunakan dalam upacara keagamaan oleh suku Tengger yang mendiami Bromo.

Trip ini saya jalani bersama lima orang teman (mereka juga tidak punya keahlian khusus di dunia pendakian). Oleh karena itu, kami melakukan private trip dan salah satu travel agent menyediakan trip ke pegunungan tinggi, padahal baru sampai di Ranu Kumbolo.

Meeting point diadakan di Malang, setelah mengecek apa saja yang perlu kami persiapkan, kami naik jeep menuju Desa Ranu Pane yang merupakan desa terakhir sebelum pendakian.

Pukul 3 sore, kami memulai perjalanan. Tidak, saya mulai merasa tidak nyaman karena harus membawa tas yang berat dengan tempat tidur, mantel dan baju ganti, serta perlengkapan lain yang akan saya pakai selama pendakian.

Untunglah selama perjalanan kita akan disuguhi khas pegunungan hijau, dan tidak perlu khawatir lapar atau haus, karena ada beberapa gardu jaga yang menyediakan jajanan dan buah-buahan segar.

Setelah kurang lebih 4 jam perjalanan, akhirnya kami sampai di Ranu Kumbolo. Saya tidak bisa melihat apa-apa karena kami tiba sekitar jam sembilan malam, terutama ketika cuaca sangat dingin sehingga saya ingin masuk ke tenda dan tidur dengan cepat.

Keesokan paginya, saya mendengar kegembiraan orang-orang di luar tenda yang duluan ingin tidur dan bangun. Setelah keluar dari tenda, angin dingin langsung menyambutnya. Saya segera ingin kembali ke tenda lagi, tetapi apa yang saya lihat adalah pemandangan yang hampir tidak terlihat sehingga menghalangi saya untuk keluar.

Bagaimana tidak, bahwa kabut menyelimuti permukaan Ranu Kumbolo seolah-olah itu adalah awan di bumi. Tak mau terlalu tinggi, fajar pun muncul dengan malu-malu di antara dua bukit tersebut untuk semakin mempercantik pemandangan pagi itu. Indah sekali, dan entah mengapa, suasana ini menunjukkan sisi Semeru yang dingin dan romantis.

Teman-teman saya dan saya tidak ingin melewatkan kesempatan ini, kami mengambil banyak foto dengan bantuan tripod. Selain itu, kami pindah ke beberapa tempat wisata. Untungnya, saat fajar semakin tinggi, udara mulai menghangat.

Bagi saya pengalaman camping di gunung ini adalah pengalaman baru, ternyata banyak hal baru yang bisa saya temukan. Mengunjungi tempat-tempat baru dalam suasana yang belum pernah ada sebelumnya memang menjadi hal yang sangat menarik. Saya pikir jika saya bisa melihat dan merasakan suasana gurun yang panas dan berdebu dengan mata kepala sendiri.

Saya sangat ingin mencobanya di Dubai. Ya, Safari Gurun Dubai. Naik unta untuk menjelajahi gurun. Lalu menyantap makanan khas gurun pasir, ditemani pasir, seakan mengajak kita bermain. Wow, ini pasti akan seru dan tak terlupakan. Saya berharap Detik Travel dan Biro Pariwisata Dubai dapat mewujudkan destinasi impian ini secepatnya.

3. Ranu Regulo

Ranu Regulo
IDN Times

Berbicara tentang keindahan Ranu Kumbolo memang tidak ada habisnya. Airnya yang jernih dikelilingi perbukitan yang indah, danau seluas 15 hektar ini selalu memberikan kesan dan cerita tersendiri bagi pengunjung yang sebagian besar adalah para pendaki.

Namun tahukah anda bahwa Ranu Cumbolo bukanlah satu-satunya telaga yang berada di kaki Gunung Semeru. Saat anda mengunjungi kawasan wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, anda juga dapat melihat Ranu Regulo dan Ranu Pani.

Ranu Regulo memang tidak sepopuler Ranu Kumbolo dan Ranu Pani, dan sebenarnya sama cantiknya. Bahkan jika ke danau ini, Anda tidak perlu menghabiskan waktu berjam-jam hiking karena hanya berjarak 15 menit dari Desa Ranupani.

Sekilas, suasana Danau Regulo tidak jauh berbeda dengan jenis raspberry lainnya, kabut, udara dingin, air danau yang jernih dan vegetasi di sekitar danau yang masih bisa dirasakan di Danau Regulo. Suasananya tenang dan damai. Selain itu, danau ini berada di ketinggian 2.100 Masra.

Pepohonan tinggi di sekitar danau seakan menjadi pilar alami yang membuat Ranu Regulo sepi. Ada banyak anggrek hijau di tepi danau. Jika Anda bersama pasangan, Anda bisa menambah suasana romantis.

Bagi yang tidak tahan hawa dingin sebaiknya membawa mantel tebal, karena suhu di Ranu seluas 0,75 hektar bisa mencapai minus 4 derajat.

Momen yang paling dinantikan pengunjung adalah sunrise, karena saat matahari terbit, pemandangan danau semakin indah. Tak jarang, banyak wisatawan yang memilih berkemah di kawasan danau.

Untuk mencapai lokasi ini, Anda hanya perlu menuju Danau Ranu Pani terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan menuju Danau Lanuregulo, sekitar 15 menit perjalanan.

4. Kebun Teh Kertowono

Kebun Teh Kertowono
Idonesia Tourism.com

Jika berkesempatan berlibur ke Lumajang, Jawa Timur, jangan lupa mengunjungi perkebunan teh Kertowono. Berbagai keindahan bisa Anda nikmati di perkebunan teh Kertowono. Perkebunan Teh Kertowono terletak di Desa Gucialit, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sekitar 20 kilometer dari Kota Lumajang.

Daun-daun pohon teh berwarna hijau, udara dan udara sejuk, pemandangan pegunungan jelas akan memanjakan mata. Perkebunan teh Kertowono masih berada di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan dikelola oleh PTPN XII Kertowono. Berdiri pada tahun 1910, selain produk teh juga terdapat tanaman hortikultura yaitu kelapa, gula kelapa dan aneka kayu.

Suhunya 16 derajat Celcius, dan Anda bisa menikmati kebun teh yang eksotis ini. Ditambah pemandangan Bromo atau Semeru di sebelah selatan. Pabrik teh dari Belanda masih ada dan berfungsi dengan baik. Perkebunan teh ini berada di ketinggian 650 hingga 1.250 meter di atas permukaan laut, dengan luas sekitar 931,82 hektar.

Bapak Muji Santoso selaku pengelola kebun mengatakan bahwa teh yang ditanam di kawasan tersebut merupakan teh hitam yang ditanam oleh perusahaan milik negara Belanda NV Ticderman Van Kerchen (TVK) sejak tahun 1910. TVK dibuka untuk umum sejak 1875. Orang dengan minat khusus dapat mencoba sepeda gunung untuk mencoba kebun teh. Selain itu, Anda juga bisa mengendarai sepeda di kebun teh. Untuk camping ada tempat yaitu Kampung Baru (KBR) atau Bukit Inspirasi, ada camping di Puncak 74.

Di Inspiration Mountain, Anda juga bisa untuk kalian menikmati sebuah pemandangan matahari yang terbit dengan latar belakang sebuah pegunungan dan laut. Gunung tersebut terlihat seperti Gunung Argopuro, Semeru, Raung dan Lemongan. Selain itu, wisata perkebunan teh Kertowono juga mengusung konsep ekowisata. Dalam wisata edukasi seni teh ini, anda akan diajak oleh pengelola kebun teh Kertowono untuk mengunjungi proses pengolahan teh mulai dari pemetikan hingga mencicipi teh (tasting cup).

Anda bisa berjalan-jalan di sekitar kebun teh dan memasuki pabrik untuk melihat berbagai peralatan pengolah teh. Pabrik teh PTPN XII Kertowono memiliki mesin perkakas orisinal, banyak kemasan mulai dari penggilingan hingga penyortiran, dan memiliki beberapa departemen manajemen mulai dari penerimaan, pelayuan, penggilingan, pengeringan, penyortiran, penyimpanan hingga masih menggunakan kayu.

Untuk mencapai perkebunan teh Kertowono, Anda bisa menyeberang Surabaya dari arah barat yaitu dari Surabaya di timur ke Probolinggo, lalu menuju ke selatan lewat jalur Jember, atau bisa lewat jalur Malang. Bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi atau umum.

Baca Juga : 5 Destinasi Wisata Yang Menarik Di Jember

5. Air Terjun Coban Sewu

Air Terjun Coban Sewu
detik Travel

Wisatawan yang tinggal di Jawa Timur mungkin pernah mendengar nama Coban Sewu. Ya, air terjun di rezim Malang dan Lumajang memang luar biasa indah.

Sejak foto dan video Coban Sewu tersebar di media, saya tidak sabar untuk melihat keindahannya dengan mata kepala sendiri. Menurut saya, air terjun ini disebut juga Tumpak Sewu yang sangat istimewa dan berbeda dengan air terjun lain yang pernah saya kunjungi.

Kesempatan telah datang. Meski ada kabar bahwa medan menuju Cobansau sangat ekstrim, ketika saya dan istri sendirian, saya sama sekali tidak ragu. Kami berangkat dari Kota Malang sekitar pukul 07.00 WIB, dengan informasi lokasi dan rute dari Coban Sewu, kami meluncur menuju Sungai Luma.

Karena yang kita tahu, Coban Sewu berada di perbatasan antara rezim Malang dan Lumajang. Sepanjang perjalanan kami akan selalu membaca petunjuk atau bertanya untuk memastikan bahwa kami berada di jalur yang benar menuju Lumajang. Beberapa wilayah Kabupaten Malang yang kami lewati adalah Bululawang, Dampit dan Ampelgading.

Kami sangat menikmati perjalanan pagi. Panorama persawahan hijau, sungai, perbukitan, dan Gunung Semeru yang menjulang tinggi merupakan hiburan tersendiri. Bahkan lokasi Gunung Semeru seakan-akan menjadi titik tolak kami, karena memang seakan-akan selalu ada di hadapan kami.

Udara yang sejuk dan orang-orangnya yang ramah membuat kita merasa masih berada di daerah kita sendiri. Ya, kami memang beristirahat sejenak saat berbelanja, dan bertanya kepada warga yang kami temui di jalan.

Setelah kami melewati jarak sekitar 70 kilometer, ketika saya melihat spanduk informasi Coban Sewu, matanya berbinar, tinggal 500 meter, 250 meter, lalu 100 meter. Saya ragu karena kami belum keluar dari Hotel Bupati Malang.

Namun, seorang pria yang mengatur lalu lintas dalam perjalanan ke Coban Sewu meyakinkan saya bahwa saya akan pergi. Kami juga memasuki jalan pedesaan yang menuju ke tempat parkir yang luas.
Tidak hanya sepeda motor dan mobil, tapi juga bus sepertinya cocok disini. Warga melengkapi tempat parkir dengan muusholas, warung, kamar mandi dan toilet.

Coban Sewu ternyata kita kagumi dari Kabupaten Malang tepatnya di Dusun Jagalan Desa Sidorenggo Kecamatan Ampelgading. Inilah desa terakhir sebelum Kabupaten Langangang (Kabupaten Langangang) masuk Kabupaten Lumarang.

Daya tarik lainnya adalah Desa Sidomulyo di Kecamatan Pronojiwo Kabupaten Lumajang. Nah setelah kita berada di tempat pertama, kita memutuskan untuk menikmati pemandangan Coban Sewu di sini.

Setelah membeli tiket seharga Rp 5.000 per orang, kami menyusuri jalan setapak di antara taman warga. Pejabat itu berkata bahwa kita harus berjalan sekitar 500 meter. Hanya berjarak sekitar 100 meter saja kita sudah bisa menikmati pemandangan Coban Sewu dari atas.

Kami berdiri dengan kagum di tepi tebing, menjaga pagar bambu. Ini benar-benar bukan air terjun biasa. Sumber airnya tersusun di atas tebing berupa lengkungan-lengkungan yang indah dan megah.

Air terjun setinggi 180 meter ini dihiasi tanaman hijau yang menempel di dinding tebing berwarna coklat. Deru air terjun memecah kesunyian dan seakan mengajak saya menuruni tebing, merasakan cipratan air.

Niat awal kami hanya melihat Coban Sewu dari ketinggian, karena medan menuju dasar tebing sangat ekstrim. Tiba-tiba kami berubah pikiran. Saya tidak tahu di mana keberanian dan antusiasme akan membuat istri saya turun gunung.

Jelas kami kemudian berjalan di tangga berlumpur. Di luar dugaan, tangga bumi hanya menemani kita beberapa meter. Selanjutnya, kami harus menaiki tangga bambu di tebing terjal.

Kakiku melakukan latihan kardio saat pertama kali menginjak tangga. Karena celahnya melebar ke mata Anda. Beberapa anak tangga landai, dan beberapa berdiri tegak di dinding tebing.

Namun, saat tubuh kita menghadap dinding tebing dan memegang tali dengan kedua tangan ke kiri dan ke kanan, kita sudah terbiasa. Padahal, kami merasa tenaga kami tidak terkuras terlalu banyak, karena tangan kami juga menopang berat badan kami.

Uniknya, selain tali di tangga juga terdapat rotan yang panjang. Rotan tumbuh liar, dan warga memanfaatkannya sebagai pegangan di tangga. Tangga ini hanya cukup untuk naik turun satu orang.

Untungnya, kita bisa istirahat dan kemudian pindah ke tangga berikutnya. Saat istirahat, kami dan wisatawan pendakian bergiliran memberi kesempatan.

Menurut saya salah satu tempat peristirahatan yang istimewa adalah di tepi tebing, tepat di depan Anda, dengan panorama Coban Sewu. Apalagi saat itu kami diperlakukan sebagai pelangi untuk mempercantik air terjun.

Di sisi kanan tebing terdapat pohon rindang. Kami duduk di bawah pagar bambu, yang sangat aman. Dilihat dari arah berlawanan air terjun, pemandangan dua tebing tinggi yang dipisahkan oleh sungai kecil menjadi daya tarik tersendiri.

Setelah beberapa saat, kami melanjutkan perjalanan menyusuri tangga bambu. Kami tidak punya waktu untuk menghitung bahwa kami telah melewati puluhan atau ratusan langkah. Tentunya begitu sampai di dasar tebing, Anda akan memiliki perasaan yang terburu nafsu dan mood yang tidak sabar, dan Anda bisa langsung melihat Air Terjun Corbensau dari bawah. Karena pandangan kita terhalang oleh tebing yang tinggi.

Kami berjalan ke hulu di sepanjang sungai. Bebatuan di dasar sungai tidak licin, sehingga kami tidak kesulitan berjalan atau menyeberangi sungai. Namun, trend yang kuat menuntut kita untuk saling berhati-hati dan menjaga satu sama lain.

Sekitar lima menit kemudian, Coban Sewu mengulurkan tangan. Dari ujung kanan hingga ujung kiri tebing, air mengalir deras. Tidak hanya dari atas air terjun, tapi juga dari tengah dan bawah tebing.

Air sepertinya ada dimana-mana. Inilah mengapa air ini dinamakan Coban Sewu. Coban singkatan dari air terjun dan sewu singkatan dari seribu, karena terlalu banyak sumber air yang tersedia. Airnya jernih dan dingin.

Percikan air terjun menyegarkan wajah dan tubuh yang basah oleh keringat. Sungai yang jernih merupakan tempat yang ideal untuk mencuci muka dan merasakan dinginnya air Coban Sewu.

Eksotisme batu di dasar tebing menambah indahnya ciptaan Tuhan. Jika saya tidak ingat ini tengah hari, saya merasa ingin berlama-lama di tempat ini. Saya masih ingin menikmati pemandangan Coban Sewu di Lumajang Point.

Menurut laporan, pengunjung bisa berfoto di atas air terjun. Oleh karena itu, kami segera mengakhiri keseruan hiburan bersama Coban Sewu.

Saat berada di bawah tebing, ada dua pilihan untuk melihat pemandangan Coban Sewu dari Lumajang Point. Pertama kembali ke tangga bambu, kemudian mendaki tebing untuk mencapai tempat parkir objek wisata Malang, kemudian berkendara menuju Sungai Luma.

Kedua, ikuti sungai dan kemudian temukan dua air terjun (Telaga Biru dan Gua Tetes). Kemudian naik tangga di sepanjang tebing ke puncak gunung, lalu berkendara menuju tempat pemandangan Malang (malang). Tentu saja saya memilih cara kedua. Menurut saya selain pahala kedua air terjun tersebut, kami juga telah menghemat lebih banyak waktu.

Singkat cerita, begitu sampai di puncak tebing di kawasan Lumajang, kita harus membeli tiket seharga Rp 5.000 untuk menikmati pemandangan Coban Sewu dari atas. Warga menyebut lokasi ini “panorama”.

Kaki yang lemah akibat turun dan mendaki tebing terjal tidak membuat jiwa kita terhuyung-huyung. Masih perlu menempuh jarak 300 meter, dan berharap garis pandang Coban Sewu benar dari titik tertinggi. Namun setelah sampai di tempat tujuan, ternyata hal tersebut tidak seperti yang saya bayangkan.

Jalur menuju puncak air terjun telah ditutup karena salah satu korban terjatuh ke tebing usai meloncat untuk selfie.

Namun, saya tidak terlalu kecewa. Pemandangan Coban Sewu dari Panorama juga sangat indah. Seluruh Coban Sewu bisa saya lihat dari kejauhan. Bentuknya mirip lubang berlekuk di bumi.

Selain itu, saya bisa kembali melihat tangga bambu di tebing sisi Malang yang kami kunjungi sebelumnya. Kami sangat bersyukur dan puas karena kami mengunjungi semua objek wisata coban sewu dalam cuaca yang cerah dan bersahabat. Bagi kami, ini adalah petualangan luar biasa yang tidak mudah dilupakan.

Share this: